Jumat, 14 Februari 2014

Riset Ilmiah Khasiat Bawang Berlian Mengatasi Diabetes

Riset Ilmiah Khasiat Bawang Berlian Mengatasi Diabetes
Riset ilmiah Khasiat bawang berlian mengatasi diabetes mellitus sesuai dengan penelitian Maria DPT Gunawan Puteri dan rekan dari Divisi Biosains, Universitas Hokkaido, Jepang. Maria berhasil mengisolasi 3 senyawa aktif dalam Bawang Berlian Eleutherine americana: eleutherol, eleutherinoside A, dan eleuthoside B. 

Hasil uji aktivitas daya hambat, menunjukkan senyawa aktif yang berperan paling tinggi dalam menghambat alfa-glukosidase adalah eleutherinoside A dengan nilai IC50 0,5 Mm, yaitu 5 mg/50 gram sampel. Artinya hanya dengan dosis 5 mg, separuh sampel terhambat. Alfa-glukosidase di permukaan membran sel usus berperan memecah pati dan disakarida menjadi glukosa. Jika aktivitas alfa-glukosidase terhambat, penyerapan glukosa juga terhambat sehingga kadar gula di darah juga berkurang. 

Menurut herbalis di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Valentina Indrajati, bawang berlian mengandung senyawa alkaloid yang memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah. Itulah sebabnya konsumsi rutin bawang berlian mampu mengontrol kadar gula darah. Itu persis pengalaman Aliyah Muhdi mengonsumsi ekstrak bawang berlian. 

Selain mujarab mengatasi diabetes mellitus, bawang berlian juga manjur untuk mag. Lihat saja pengalaman Chusnur Ismiati di Lamongan, Jawa Timur, yang menderita mag selama 17 tahun sejak 1990. “Pemicunya karena stres. Sebab saya mesti mengurus adik dan semua kebutuhan sendiri, mulai dari sekolah dan lainnya,” ujar perempuan 41 tahun itu. Setiap kali mag menyerang, dadanya sesak. “Seperti ada gas yang mendesak ke atas sehingga dada sesak,” kata Ismiati. 

Liver terancam 

Mag menyerang lambung karena luka atau peradangan di lambung. Dokter dan konsultan kesehatan di Jakarta, dr Zuhaida Mahfud, menuturkan beberapa penyebab mag seperti konsumsi makanan asam, pedas, dan alkohol. Konsumsi obat seperti aspirin juga menjadi pemicu. Asam salisilat dalam aspirin merangsang lambung. Gejalanya perih di ulu hati, mual, dan kembung. 

Menurut dr Zen Djaja, dokter dan konsultan kesehatan di Jakarta, mag berimbas menyerang lever bila pasien membiarkan tanpa pengobatan. Dokter alumnus Universitas Katolik Atmajaya itu mengatakan, “Luka di lambung menyebabkan pengolahan makanan tidak sempurna sehingga memacu kinerja lever yang merupakan organ penyerap racun. Lama-kelamaan fungsi hati menjadi terganggu.” 

Akibat mag, Chusnur Ismiati menjalani rawat inap di rumahsakit di Surabaya selama 2 pekan pada 1991. Hasil rontgen dan pemeriksaan dokter menunjukkan ada gas dan infeksi lambung. Dokter menyarankan mantan pegawai sebuah bank pemerintah itu untuk mengonsumsi bubur dan menghindari makanan pedas, tidak banyak pikiran, dan disiplin makan. Ismiati patuh pada semua saran demi kesembuhan. 

Sayang, meski sudah menjaga pola makan, mag masih kerap datang. Namun, sejak rutin mengonsumsi kapsul bawang berlian pada 2007, Ismiati kian membaik. Ia mengonsumsi 2 kapsul bawang berlian sebelum sarapan. Perubahan yang ia rasakan antara lain sesak napas akibat mag hilang. Yang lebih menggembirakan, alergi terhadap makanan laut yang ia derita pun berkurang. “Padahal dulu setiap habis menyantap hidangan laut, seperti kepiting, udang, dan cumi, pasti muncul bentol merah di tangan dan wajah,” katanya. 

Uji toksisitas 

Bawang berlian yang tokcer membantu mengatasi aneka penyakit itu bukan herbal baru di tanahair. Beberapa herbalis seperti Wahyu Suprapto di Batu, Jawa Timur, dr Prapti Utami (Tangerang Selatan, Banten), Valentina Indrajati (Bogor, Jawa Barat) meresepkan bawang berlian sejak 7-10 tahun lalu. Mereka meresepkan bawang berlian untuk beragam penyakit seperti kolesterol, hipertensi, stroke, dan kanker. 

Ada anggapan sebagian kecil orang bahwa bawang berlian asal Kalimantan lebih berkhasiat. Padahal, para herbalis itu memperoleh bawang berlian dari para pekebun di berbagai daerah antara lain di Bogor, Yogyakarta, Lampung, dan Pontianak. Artinya asal bawang berlian tak mempengaruhi khasiat. Indikasinya banyaknya pasien yang kondisinya kian membaik meski mengonsumsi bawang berlian bukan dari Kalimantan. 

Sayang belum ada riset tentang kandungan senyawa aktif terkait lokasi budidaya. Menurut peneliti dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Dr Sukrasno, kandungan kimia eleutherine yang terbanyak pada bagian pangkal umbi bagian dalam. Eleutherine senyawa antioksidan sebagai antibakteri, antikanker, dan penangkal radikal bebas. “Ibaratnya eleutherine mengorbankan dirinya untuk diserang radikal bebas itu. Akibatnya radikal bebas tak sampai merusak tubuh,” kata doktor Botani alumnus Universitas Edinburgh, Inggris, itu. 

Meski mendapat sebutan bawang, sejatinya bawang berlian tak berkerabat dengan bawang merah atau bawang putih yang anggota famili Liliaceae itu. Bawang berlian anggota famili Iridaceae juga sohor sebagai bawang dayak, bawang sabrang, atau bawang kapal. 

Lalu amankah mengonsumsi bawang berlian? Armiin Stefani dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung menguji toksisitas akut ekstrak bawang dayak terhadap mencit. Hasil uji toksisitas menunjukkan nilai LD50-dosis yang menyebabkan 50% kematian hewan uji-bawang berlian di atas 3,6 g per kg bobot tubuh. Artinya, jika pasien berbobot tubuh 60 kg, konsumsi 216 gram ekstrak bawang berlian per hari masih aman. Bukan saja aman, konsumsi bawang berlian terbukti mujarab mengatasi beragam penyakit. Umbi berwarna merah itu kini menjadi panasea baru. 

(Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Andari Titisari, Bondan Setyawan, Khais Prayoga, Riefza Vebriansyah, dan Tri Istianingsih) sumber : http://www.trubus-online.co.id
Disqus Comments